Seandainya kita meninggalkan dunia yang fana, apa yang bisa kita tinggalkan ? Akankah kita mati begitu saja dan tiada pernah membuat sesuatupun di dunia ini ? Seketika kita masih bisa menghirup udara segar, alangkah baiknya jika kita membuat karya yang bermanfaat, dapat dinikmati orang banyak dan tiada habis di telan masa

Rindukah ia kepadaKu ?


Ada seorang hamba Allah, beliau rajin sholat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan Al Kholiq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, beliau berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan. Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan beliau dikabulkan oleh Allah.

Setelah puluhan tahun ke depan sejak ia dekat dengan Allah setiap malamnya, tidak juga merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan di atas, tidak juga tampak yang dijanjikanNya. Mulailah timbul pemikiran yang tidak dari syaiton. Hingga beliau berkesimpulan, tampaknya Allah tidak meridhoi doanya selama ini. Maka pada malam harinya, ia berdoa kepada Allah:

'Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini. Karena engkau tak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tak akan meminta dan sholat lagi kepadamu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah harus beralasan bahwa semua tergantung darimu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganmu!'

Beliau menutup doanya dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu (mengkhatamkan ibadah sholat lailnya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak mengetahui kapan ia tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu Padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluk cahaya duduk di atas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu...kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.

Beliau hanya dapat melihat para makhluk yang duduk di hadapan Sesuatu Yang Dahsyat. Terdengar olehnya suara pertanyaan, 'BAGAIMANA KABAR HAMBAKU SI FULAN, HAI MALAIKATKU?' nama yang tidak dikenalnya. Seorang bediri dengan tubuh gemeta karena takut, dan bersuara dengan lirih,

'Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian: ' Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini. Karena engkau tak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tak akan meminta dan sholat lagi kepadamu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah harus beralasan bahwa semua tergantung darimu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganmu!'
Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim?'

Tersentak beliau,_itu kata-kataku semalam_...celaka, pikirnya. Kemudian terdengar suara lagi:
'Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadah tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat kukabulkan apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering Aku memandang wajahnya, aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat Kuberi ia cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku rindu padanya...rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatku?'

Suasana hening, tak ada jawaban. menyesallah beliau atas permintaannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bisik hatinya "Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku ya Robbi, maafkan kata-kataku!" mengalirlah air matanya Astagfirullahi'adzim!! Terbangunlah ia dari mimpi...

Segera beliau mengambil wudhu dan kembali bersujud dengan bertambah khusyuk. Dalam hati beliau berdoa
'Yaa Allah, Ya Robbi jangan engakau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu. Ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela...Yaa Allah, aku rindu padaMu'

Dikutip dari Cahaya Hikmah
Posted by El Ghuroba, Monday, May 14, 2007 16:15